Gerabah dan tembikar memang
sudah akrab di telinga kita, Kasonganlah tempatnya. Daerah yang masuk
ke teritori kabupaten Bantul ini tepatnya di desa Padukuhan Kajen
sekitar 15-20 menit dari pusat kota sejak dahulu kala masyarakatnya
telah menjadikan membuat tembikar dan gerabah sebagai mata
pencahariannya selain bertani.
Baik
itu dari yang sudah sepuh, pemuda-pemudi sampai anak-anak tekun sekali
membuat gerabah di teras dan di belakang rumah mereka masing-masing.
Desa Kasongan yang dahulunya merupakan daerah pemukiman para Kundi (yang berarti buyung atau Gundi = orang yang membuat kendi, kuali dan juga semua barang peralatan yang ada di dapur)
Tahun 1980-an Prof Gustami dkk mewawancarai sesepuh setempat, hasilnya: Pada
masa penjajahan Belanda, di salah satu daerah Selatan Jogyakarta
terjadi peristiwa yang mengejutkan bahkan menakutkan bagi warga setempat
dengan ditemukannya seekor kuda milik Reserse Belanda mati di atas
sawah milik seorang warga. Karena takut dihukum, warga tersebut
melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini
langsung diikuti oleh warga lainnya. Akibatnya tanah yang dilepas itu
diakui oleh penduduk desa lain. Akibat dari tidak memiliki tanah
persawahan lagi, warga setemapt akhirnya memilih jadi pengrajin keramik
untuk mainan dan perabot.
Tadinya
memang di sini hanya didapati pembuatan permainan anak-anak (
katak-katakan, celengan) serta keperluan dapur saja (kuali, pengaron,
kendil, dandang), tetapi sesuai dengan kemajuan jaman dan banyak pesanan
yang berupa patung, guci, asbak rokok, hiasan dinding, topeng dan
berbagai bentuk yang artistik mulai ditekuni oleh penduduk Kasongan.
Di
desa Padukuhan Kajen ini kita dapat melihat secara langsung di
rumah-rumah penduduk yang sedang membuat gerabah dan berbicara dengan
pembuatnya.Penduduk yang sangat ramah, seperti ketika kami menunjungi di sini, kami dapat ngobrol dengan empunya rumah dan
juga para pengrajin yang sedang tekun membuat gerabah. Bahkan dengan
senyum dan terbuka mereka menjelaskan segala pertanyaan kami seputar
cara pembuatannya. Dari penggilingan, pembentukan bahan memakai perbot,
penjemuran produk selama 3-4 hari, pembakaran dan difinishing dengan cat
tembok atau cat genteng.
Ternyata mereka telah meng ekspor pekerjaan mereka ke Eropa, Jepang, Australia dan juga Amerika.
Oleh sebab itu mereka harus selalu up to date tentang bentuk dan hasil pekerjaan mereka.
"Kalau ndak begitu kita akan kalah bersaing Mas!" ujar salah satu pembuat tembikar.
PATUNG LORO BLONYO
Bila kita cermati di sini banyak patung sepasang pengantin Jawa yang sedang duduk sopan. Nah patung inilah yang disebut patung Loro Blonyo. Dalam pengertian jawa Loro berarti dua atau sepasang dan Blonyo berarti dirias melalui prosesi pemandian dan didandani.
Banyak
yang percaya patung ini membawa hoki dalam kehidupan rumah tangga akan
langeng bila diletakkan di dalam rumah. Dan ini mebuat patung ini laris
manis dibeli oleh para pengunjung yang mampir ke sini.
GEMPA
Akibat
gempa kemarin banyak usaha yang berhenti di sini tetapi pas kami lewat
di sini telah banyak Galeri yang sudah aktif kembali dan banyaknya
pengunjung yang datang. Walaupun masih ada beberapa yang masih dalam
tahap pembangunan ulang.
Dan
juga banyak masyarakat di luar Kasongan dan Turis Domestik dan
mancanegara yang belajar di sini untuk membuat Gerabah, mereka dengan
tangan terbuka akan mengajari bila ada mau yang belajar.
Ada yang berminat????
Untuk panduan jalan dan peta http://cybermap.co.id/download/petamudik2006jawabali.pdf
NB:
Dilarang Meng- COPY-foto yang ada di blog ichoose.shirt n oila clothing ini.
Do ask permission if you want to copy it.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar