Sabtu, 20 Oktober 2012

ichoose shirt jalan2 :GEDONG SONGO “MELAYANG KE SEBUAH NEGERI DI ATAS AWAN” bag 2




Pagi sekali kami sudah mengeluarkan sepeda dari hotel, sama seperti kemarin kami harus ber susah-payah untuk mencapai Gerbang Candi Gedong Songo. Padahal jarak hotel dan Gerbang hanya sekitar 200 meter, jalan yang mendaki bersudut 40 derajat dan kami harus pintar-pintar memilih gigi sepeda supaya tidak berat ngenjot sampai gerbang.
Setelah berjuang kami menyempatkan diri untuk sarapan dahulu di warung yang kenarin kami singgahi, sepiring nasi rames dan teh manis hangat mengisi perut kami untuk tenaga mendaki ke Candi.
 
Ya.... Lokasi Candi Gedong Songo menyebar di lereng Gunung Ungaran dan jarak candi satu dengan candi lainnya mencapai beberapa ratus meter. Karena kontur pegunungan yang mendaki dan berkelok, cukup melelahkan bagi pengunjung yang ingin melihat candi peninggalan dinasti syailendra ini .
Untuk memasuki Candi pengunjung dikenai restibusi sebesar Rp 2600 per orang, itu sudah termasuk asuransi jiwa. 


DITEMUKAN RAFFLES

Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan
merupakan peninggalan budaya Hindhu. Setiap bangunan candi berdiri di lahan seluas kira-kira 150 X 25 meter persegi, dan bangunan candi ini berurutan dari candi 1 sampai candi 9. Tapi yang pasti urutannya selalu naik ke atas. Jadi bagi para pengunjung yang ke sini harus ber susah payah mendaki untuk mencapai candi yang ke 9.
Kami yang memulai pendakian menggunakan sepeda dengan semangat terus mengayuh pedal sepeda untuk
mencapai candi pertama. Jalan setepak yang di cor semen seharusnya memudahka kami untuk mendaki, tapi setiap sekitar 100 meter kami harus menemui undak-undakan menyerupai tangga yang membuat kami harus turun dari sepeda untuk melaluinya.
Bayangkan, karena di setiap undakan itu kami harus memulai ngenjot sepeda dengan tenaga ekstra. Capai memang..... tapi di sekitar kami terlihat barisan hutan pinus yang pucuknya seperti menembus awan sangatlah meggoda kami untuk berfoto di sana.
Hutan pinus ini dimanfaatkan untuk para pengunjung yang ingin ber kemah dan di sini sudah disediakan MCK. tapi bagi para pengunjung yang gak kuat untuk mendaki di sini jangan kecewa karena penduduk sekitar candi menyewakan kuda untuk sarana transportasi mendaki ke setiap candi yang ada di sini. Biaya sewa kuda Rp 25.000 - Rp 30.000 saja.
Setelah sampai di candi pertama kami mengeluarkan kamera untuk mengabadikan fisik candi yang megah ini. Ketika kami sedang asik membidikkan lensa kamera kami, ada pemandangan yang mengusik kami banyak sekali warung-warung tenda warna-warni yang berdiri di sekitar candi dan di pinggir jalan, sehingga pemandangan yang seharusnya indah sedikit ternodai dengan kehadiran warung tenda tersebut. Kami harus sedikit selektif menentukan angle supaya warung tenda itu tidak masuk ke dalam lensa kami.

SEJARAH LEGENDA

Di tengah hiruk pikuk derap kaki kuda dan para wisatawan, kami masih menemukan masyarakat yang berdoa, membakar dupa dan menabur bunga segar di tabur di dalalam candi. Sebuah jejak laku spritual yang masih aktif di jalankan. "Setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon banyak orang datang besemedi di candi 1 untuk meminta pelarisan, bisnis lancar dan keselamatan" ujar salah satu pedagang asong.
Penduduk Ndarum sendiri masih menggangap sakral candi-candi di sini, terutama candi pertama. "Setiap bulan Sya'ban (tanggal 10 bulan Ruwah) penduduk sini masih sering menggelar nyadran (tradisi selamatan menjelang memasuki bulan puasa). Kalau ada yang mau gawe, seperti menikah atau membangun rumah, kami juga selamatan dulu di Candi 1" papar Ibu pedagang asong kembali. 

Tak kalah menariknya adanya kepercayaan penduduk sekitar yang melatar belakangi pendirian candi. Di sini pendududk Ndarum  mengaitkan dengan legenda pertarungan Anoman dan Dasamuka alias Rahwana dalam kisah pewayangan Ramayana. Karena dasamuka tidak bisa mati, maka oleh Anoman dia ditindihi gunung ini. Asap yang keluar dari sumber air panas dan gas belerang yang ada di bawah candi ke tiga dipercayai pula sebagai nafasnya Dasamuka.

Memang bila kita mendaki ke Candi 3 dibawahnya akan terlihat mata air sumber air panas dan gas belerang. Dan bagi pengunjung sumber air panas ini dimanfaatkan untuk menghilangkan beberapa penyakit kulit.
Ketika kami mendaki ke arah candi 2 kami meyempatkan diri dahulu untuk mengambil foto lagi di hutan pinus, sekitar 15 menit kami berhenti di sini untuk mengambil gambar. Di kejauhan saya melihat sepasang muda-mudi yang asik sedang pacaran di balik rimbunan semak-semak. Saya memberitahu Dayat, "Yat, arah jam 9 tuh ada yang lagi asik masuk di semak-semak!". Sambil mencoba melihat denga cara pelan-pelan agar tidak mencolok bila kami sedang memperhatikan mereka akhirnya Dayat menemukan lokasi tepatnya "Gila, di tempat terbuka dan sakral gini mereka begitu, apa gak takut digrebek?" Saya hanya bisa mengangkat bahu sambil menggeleng.

Setelah itu kami melanjutkan perjalan kembali ke candi 2, dan seperti biasa kami mengabadikan dahulu tempat bersejarah ini. Di komplek candi gedong Songo terdapat berbagai patung Dewa, seperti Syiwa Mahaguru, Syiwa Mahadewa, Syiwa Mahakala dan Ganesha.

Bangunan candi yang masih utuh bentuknya tinggal lima buah, yaitu candi 1,2,3,4 dan 9. Candi 1 terdiri dari satu bangunan dan masih utuh, candi 2 terdiri dari dua bangunan induk masih utuh dan satunya lagi tidak utuh.

Candi 3 yang masih utuh bentuknya , Candi 4 ada emapt bagunan candi, tapi tinggal satu saja yang utuh. Candi 5 hanya fondasinya saja. Candi 6, 7, 8 tinggal puing-puing saja. Dan candi 9 yang berada paling atas masih berdiri dengan megah. Konon candi 9 ini melambangkan perjalan akhir hidup manusia mencapai kesempurnaan atau Puncak Nirwana.
Di sini juga ditemukan arca Anoman yang berada di sela-sela hutan pinus di lereng gunung, dekat jalan setapak menuju candi 4.

MENJAGA EKSOTIKA

Ada yang menarik di sini, penduduk Ndarum setiap malam bergantian menjaga dan meronda komplek candi, ini dilakukan untuk menhindari patung-patung di dalam candi dicuri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk di jual ke luar negeri.
Sebuah akhir cerita yang akhirnya bermuara pada naluri dasar setiap manusia, yaitu mencari harmoni kehidupan.....
Ternyata Khayalan kami berdua benar adanya dan semoga nanti penerus bangsa ini akan selalu dapat menikmati peninggalan bersejarah yang sangat bagus dan apik ini.... Dan dapat berkhayal Melayang Ke Sebuah Negeri Di Atas Awan......
Semoga..........



Tidak ada komentar:

Posting Komentar